Menu

Duduk Bersama 5, Narasi Artsy Puisi Masa Kini

Jumat, 6 April 2018 (19.00 WIB – selesai) di Indiecology Cafe.
Jalan Candra Kirana 14, Sagan, Terban
Gondokusuman, Yogyakarta

Sejak tiga tahun terakhir gelaran Duduk Bersama berhasil dilaksanakan di beberapa tempat yang berbeda. Debut dimulai pada 15 April 2015 di Roots Café, berlanjut sebulan berikutnya Duduk Bersama #2 digelar di Suave Café. Sempat vakum beberapa bulan, Duduk Bersama #3 berhasil diselenggarakan kembali pada bulan Oktober di Alive Fusion Dining pada tahun yang sama. Menyusul kemudian Asmara Art & Coffee Shop didaulat sebagai medan pertunjukan Duduk Bersama #4 di September 2017 yang lalu.

Mengenang begitu masif jumlah pengunjung yang datang, Komunitas Ngopinyastro dan Huhum Art Organizer selaku pengelola event Duduk Bersama terdahulu  perlu membuat formula baru untuk melanggengkan event agar mekanisme kerja bisa terus berjalan. Akhirnya kepanitian Duduk Bersama berdiri secara otonom dan mendaulat Komunitas Ngopinyastro sebagai mitra dalam kerja-kerja pengelolaan event Duduk Bersama itu sendiri.

Kali ini, Duduk Bersama berkolaborasi dengan All You Can Art dari GoAheadPeople sebagai platform, menyuguhkan Duduk Bersama 5 tentunya dengan segenap cita dan rasa yang sama, membuka ruang apresiasi dan berbagi karya dengan puisi sebagai tema utama.

“Duduk Bersama 5 mengambil beberapa jengkal dari hingar bingar sastra di arus populer, sebut saja gombalan ‘manis’ Dilan kepada Milea, selain itu kita juga dipusingkan dengan film Hujan Bulan Juni, yang kata empunya karya (Sapardi Djoko Damono) sukses menerjemahkan karya epik beliau.

Puisi dan atau ‘nuansa’ puisi (puitis) masih dan semakin dibutuhkan? Letak puisi bukan pada menara gading, apalagi penyair, daulat legitimasi puisi yang ‘bagus’ atau ‘laku’ bukan hanya milik pengamat sastra, justru warganet yang budiman dengan masif merampok peran legitimasi tersebut.

Puisi jadi objek otonom, bisa ke mana saja, kepada rumah siapa saja, menjadi milik siapapun. Atau ironisnya, puisi yang otonom bisa diibaratkan sosok lone ranger yang teramat pathetic, terbuka kepada siapapun dan di saat yang bersamaan menyerahkan idealnya dibentuk siapapun… tapi ya siapa? Ada yang bisa? Puisi itu …. ?

Duduk Bersama 5 menemani puisi, jadi kalau ada yang bilang “Kamu sedang deket sama puisi ya?” Duduk Bersama 5 menjawab “Cuma temen biasa kok…”. “

Tak berbeda dengan gelaran sebelumnya, Duduk Bersama 5 tetap setia dengan ajang penampilan performer dalam khidmat perpaduan dua narasi; musik dan puisi. Nantinya, Duduk Bersama 5 akan mengambil venue di Indie Cology Cafe, Jl Candrakirana 14, Sagan, Yogyakarta. Duduk Bersama 5 akan dilaksanakan pada hari Jumat, 6 April 2018. Pengunjung Duduk Bersama 5 sekaligus penikmat kafe Indie Cology dapat melihat performa ciamik dari beberapa line up pengisi acara sejak pukul 19:00 WIB. Beberapa penampilan di antaranya dibagi menjadi tiga sesi, pembacaan puisi, pentas monolog, dan penampilan musik. Performer yang akan ikut meramaikan gelaran ini di antaranya; Rolly Lovehatelove, Thoyib Norcahyo dan Judith Chung sebagai pembaca puisi. Selain itu Kopibasi dan Umar Haen juga dengan puitis akan menyuarakan beberapa musik dalam gelaran Duduk Bersama 5. Tak ketinggalan Kelompok Mendadak Pentas akan hadir membawakan pertunjukan teater dari naskah monolog.

Untuk mengawali perkenalan lebih dalam tentang Duduk Bersama sejatinya tak jauh beda dengan gelaran apresiatif lainnya di Yogyakarta. Satu hal berbeda, Duduk Bersama sedari awal dibentuk untuk fokus dalam upaya mendokumentasikan karya-lagu para pengisi dalam format audio visual (video) untuk kemudian diunggah ke media sosial seperti; Youtube. Hal ini mengingat minimnya ruang apresiasi (direktori) musik puisi, maka dirasa perlu membangun wadah guna mengapresiasi karya-karya dari para musisi ataupun penyair.

Tidak hanya habis dalam upaya apresiatif memadukan puisi dan musik, tetapi juga menyasar ruang-ruang kreatif dalam ritus kolaborasi. Sebut saja komunitas-komunitas seni dan lingkaran teater seperti: Teater Misbah, Teater  Terpidana, Kelompok Mendadak Pentas, Gigi Nyala, dan Roemansa Gilda.  Hal-hal tersebut dilakukan karena dirunut dari prosesnya, Duduk Bersama bisa dianggap sebagai sarana untuk saling berbagi karya, kegelisahan, gagasan, dan proses kreatif. Tak khayal gelaran Duduk Bersama bersinggungan dengan beberapa seniman berbasis rupa, dari skena street art Rolly Lovehatelove datang membawakan puisi dengan “aksi bebas” laiknya tingkah khas freestyle Hip Hop. Selain itu, di lini visual publikasi telah hadir sejak awal Iwe Ramadhan sebagai commision work poster. Ciamik! Judith Chung tak bisa lepas dari kelindan arus “beken” dunia maya, kasusnya… dia sadar bahwa teks apalagi puisi selalu “beken”. Terbukti, dia sudah menelurkan sebuah buku puisi berjudul “Melagukan Kamu”. Berikut Thoyib Norcahyo menghadirkan puisi cepat saji yang sesuai request generasi micin.

Harapan selanjutnya, semoga dalam setiap gelaran Duduk Bersama banyak kesempatan berlanjut untuk menjembatani para pegiat sastra, perupa dan musisi untuk berkolaborasi, saling memberikan gagasan dan menjelma jadi ruang apresiatif yang subur. Huhum Hambilly selaku penanggung jawab acara menyampaikan “Gelaran musik puisi Duduk Bersama 5 menjadi presentasi panggung atas gairah berpuisi dari berbagai basis yang unik. Kami mengakomodir cara orang-orang menampilkan puisi. Dari sajian yang bakal terselenggara, setidaknya publik mendapatkan kembali puisi yang begitu luas dan bebas. ‘Momen pertemuan’ dan nuansa intim adalah yang paling utama dihadirkan dalam ‘Duduk Bersama’ dan lewat puisi lah keakraban itu dibangun”. Berkaitan dengan harapan-harapan tersebut, kesuksesan acara ini tak bisa meninggalkan para pengunjung kafe dan penonton yang hadir untuk mengapresiasi setiap penampilan di atas panggung saat acara digelar maupun melalui sajian review di media daring Duduk Bersama. (Galih Fajar)

 

 

Tuliskan komentar