Menu

Bincang-Bincang Sastra Edisi 158 | KEMBALI KE ZAMAN PERANG BERSAMA MOHAMMAD DIPONEGORO

Peluncuran Diskusi Buku
ZAMAN PERANG
Kumpulan Cerpn Muhammad Diponegoro

Sabtu, 24 November 2018
Ruang Seminar
Taman Budaya Yogyakarta
Pukul 20.00 WIB- Selesai

Studio Pertunjukan Sastra bekerja sama dengan Taman Budaya Yogyakarta dan Penerbit Interlude menggelar acara Bincang-bincang Sastra edisi 158 meluncurkan buku antologi cerita pendek Zaman Perang karya Mohammad Diponegoro. Acara ini akan digelar pada Sabtu, 24 November 2018 pukul 20.00 di Ruang Seminar Taman Budaya Yogyakarta. Kali ini Studio Pertunjukan Sastra menghadirkan pembicara Aulia Muhammad, Dr. Tirto Suwondo, dan Mahfud Ikhwan yang akan dipandu oleh Latief S. Nugraha. Selain pembacaan cerpen oleh Liek Suyanto dan Afi Teater Topy, akan diperdengarkan rekaman kaset Mohammad Diponegoro membacakan cerpennya untuk Radio ABC Australia.

“Menggunakan mesin tik inilah Bapak menghidupi keluarganya dan menghidupkan cerita-ceritanya. Menggunakan mesin tik ini pula saya menyalin dan menuliskan kembali cerita-cerita Bapak. Jadilah empat jilid kumpulan cerita pendek Bapak yang diserahan kepada Ajip Rosidi pada tahun 1980-an untuk diterbitkan di Pustaka Jaya. Di bufet itu juga ada beberapa buku Bapak yang sudah terbit serta kaset pita yang merekam pembacaan cerpen untuk disiarkan di Radio RRI Studio Nusantara II Yogyakarta maupun Radio ABC Siaran Bahasa Indonesia, Melbourne, Australia,” ujar Aulia Muhammad, Putra Mohammad Diponegoro, saat ditemui di kediamannya

Aulia Muhammad menambahkan, “Syukurlah Studio Pertunjukan Sastra dan Penerbit Interlude memiliki perhatian terhadap karya-karya Bapak. Buku antologi cerpen Zaman Perang ini merupakan satu dari empat jilid manuskrip kumpulan cerpen yang telah saya ketik ulang. Satu jilid telah diterbitkan oleh Shalahuddin Press tahun 1986 dengan judul Odah dan Cerita Lainnya. Pada tahun 2003 Odah diterbitkan kembali dengan judul Abah Bilang, Tuhan Tidak Ada oleh Penerbit Neo Santri. Dan diterbitkan lagi oleh Hikayat Publishing pada tahun 2006 dengan judul Odah dan Cerita Lainnya. Sementara itu, dua jilid yang lainnya sampai sekarang belum terbit dan sayangnya keluarga tidak memiliki arsipnya.”

Latief S. Nugraha, penyunting kumpulan cerpen Zaman Perang mengungkapkan, “Studio Pertunjukan Sastra mendapat satu jilid manuskrip naskah kumpulan cerpen karya Mohammad Diponegoro pada bulan November 2017 dari Dr. Tirto Suwondo. Setelah bertemu ahli waris beserta mesin tik yang telah melahirkan naskah tersebut, kami menyalin kembali cerpen-cerpen Mohammad Diponegoro yang berjumlah tujuh belas buah. Dari tujuh belas cerpen itu hanya cerpen “Pulangnya sebuah Keluarga Besar” yang pernah diterbitkan yakni dalam antologi cerpen Mudik (1996) bersama cerpen-cerpen karya Kuntowijoyo, Hamsad Rangkuti, Ahmad Tohari, Achmad Munif, Yudhistira ANM Massardi, dan Mustofa W. Hasyim. Sementara cerpen yang lainnya kusut sebagaimana pita-pita kaset yang dahulu merekammnya. Belum tersemat judul pada manuskrip yang telah dijilid rapi itu. Melihat kisah-kisah di dalamnya yang banyak bercerita tentang perang pada masa kolonial dan perang-perang simbolik khas Mohammad Diponegoro yang jujur sekaligus tragis dalam menggambarkan cerita-ceritanya, maka judul Zaman Perang agaknya yang paling pas dan pantas menjadi mahkota buku tersebut.”

“Semoga buku kecil ini dapat menjadi sarana untuk mengingat kembali keberadaan dan peran Mohammad Diponegoro serta karya-karyanya yang bukan saja berupa cerpen, namun juga tulisan tentang teknik-teknik mengarang cerpen dan artikel yang dimuat secara berturut-turut di majalah Suara Muhammadiyah yang kemudian dihimpun dalam buku Yuk, Nulis Cerpen Yuk, puitisasi terjemahan Alquran, artikel-artikel keagamaan, serta novel satu-satunya yakni Siklus yang pada tahun 1973 berhasil memperoleh hadiah Penghargaan Sayembara Mengarang Roman yang diselenggarakan oleh Panitia Tahun Buku Internasional 1972, DKI Jakarta dan diterbitkan Pustaka Jaya tahun 1975. Kini tidak banyak yang tahu dan memperhatikan karya sosok yang pernah duduk di meja redaksi majalah Suara Muhammadiyah itu. Sementara, ribuan puisi, cerpen, dan buku-buku terbit berkelindan di arena sastra Yogyakarta maupun Indonesia. Semacam ziarah, Studio Pertunjukan Sastra kembali menghadirkan salah satu maestro cerpenis kelahiran Yogyakarta, Mohammad Diponegoro,” pungkas Latief S. Nugraha.

No Responses

Tuliskan komentar