Bincang-Bincang Sastra Edisi 150
“Romansa: Tentang Sastra (untuk) Remaja”

Sabtu, 24 Maret 2018
Pukul 20.00 WIB
di Ruang Seminar Taman Budaya Yogyakarta.
Pembicara:
Mustofa W. Hasyim (Sastrawan),
Ahmad Zamzuri, S.Pd. (Peneliti Sastra Balai Bahasa DIY),
Fitri Merawati, M.A. (Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra, Universitas Ahmad Dahlan).
Moderator:
Nindwihapsari, S.S.

Studio Pertunjukan Sastra (SPS) kembali menggelar acara Bincang-bincang Sastra. Edisi 150 ini bertajuk “Romansa: Tentang Sastra (untuk) Remaja”. Acara ini akan digelar pada Sabtu, 24 Maret 2018 pukul 20.00 di Ruang Seminar Taman Budaya Yogyakarta. Kali ini, pembicara yang dihadirkan adalah Mustofa W. Hasyim (Sastrawan), Ahmad Zamzuri, S.Pd. (Peneliti Sastra Balai Bahasa DIY), dan Fitri Merawati, M.A. (Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra, Universitas Ahmad Dahlan). Bincang-bincang sastra akan dipandu oleh Nindwihapsari, S.S..

Acara yang dikemas untuk remaja Yogyakarta ini, menghadirkan pelajar-pelajar SLTA di DIY. Mereka adalah Kelompok Musik MUHDASA (SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta) akan menyajikan pertunjukan musikalisasi puisi, Kadha Aditya (Sanggar Sastra Indonesia Yogyakarta, Balai Bahasa DIY) akan menampilkan pembacaan cerita remaja, dan pembacaan puisi oleh Setia Rini (SMK Muhammadiyah 1 Yogyakarta), Zainab Ratu (SMA Negeri 1 Bantul), Arina Salsa Bila (SMK Muhammadiyah 1 Yogyakarta), dan Aisyah Maharani (MAN 1 Yogyakarta).

Bekerja sama dengan Balai Bahasa DIY, SPS bermaksud mengembalikan dan membekali para remaja usia sekolah dengan gerakan literasi. Hal ini berkaitan dengan keseriusan pemerintah dalam menyiapkan kematangan karakter generasi muda Indonesia yang berbudaya, berkarakter, dan berbudi pekerti luhur. Yogyakarta yang dikenal luas dengan predikat kota pelajar dan kota pendidikan sudah selayaknya menjadi barometer lahirnya manusia-manusia terpelajar dan terdidik. Bukan hanya karena di Yogyakarta banyak berdiri sekolah dan kampus yang sudah berdiri sejak lama, lahirnya tokoh-tokoh pendidikan nasional dan gerakan-gerakan di dunia pendidikan dari Yogyakarta adalah bukti bahwa kota ini memiliki sejarah penting bagi kemajuan dunia pendidikan di Indonesia.

“Sungguh disayangkan apabila predikat yang tersemat di pundak Yogyakarta tercemar oleh ulah para remaja usia sekolah yang melakukan tindakan-tindakan kriminalitas. Sebagaimana marak diberitakan, kenakalan remaja yang terjadi telah mencoreng nama baik DIY dan dunia pendidikan. Di sinilah pentingnya Gerakan Literasi Nasional. Geragan literasi bagi remaja usia sekolah di DIY semoga dapat memperbaiki citra buruk itu dengan suatu prestasi. Sebagaimana disadari bersama, generasi muda kita adalah Indonesia di masa yang akan datang,” ujar Bayu Aji Setiyawan selaku koordinator acara.

Bayu menambahkan, “Kita tahu bahwa Pemerintah Republik Indonesia serius menggalakkan dunia literasi bagi generasi muda. Sementara itu, para remaja hari ini tengah dan telah dihadapkan pada kemajuan teknologi yang  pesat. Karya sastra berupa puisi, cerita pendek, cerita bersambung, novel, ditulis di blog, laman, webtoon, wattpat, dan media-media siber lainnya. Novel-novel yang bercerita tentang remaja seperti Lupus, Catatan Si Boy, Ada Apa dengan Cinta, yang terbaru Dilan, dan sejenisnya diproduksi dan diangkat ke layar lebar. Karya sastra untuk remaja berkembang pesat, populer, dan laris di pasar buku. Selain itu, kalau mau menarik benang merah ke tahun-tahun lampau, media massa di Yogyakarta banyak memberikan ruang kepada remaja. Mingguan Pelopor Yogya dengan ‘Pos Persada’nya, Masa Kini dengan ‘Insani’nya, Bernas dengan ‘Remaja Nasional’nya, Kedaulatan Rakyat dengan Gatotkaca-nya yang kini berubah wujud menjadi ‘Kaca’, dan majalah-majalah khusus remaja terbitan Ibukota seperti Gadis, Gaul, Aneka Yes, dan sebagainya memberikan perhatian dan ruang para remaja Yogyakarta dan Indonesia di zamannya.”

“Perwakilan pemerintah dalam hal ini Balai Bahasa DIY setiap tahun senantiasa menggelar pelatihan penulisan berupa Bengkel Bahasa dan Sastra bagi remaja serta Lomba Kebahasaan dan Kesastraan bagi remaja DIY untuk mendongkrak minat baca dan tulis remaja DIY. Peran Balai Bahasa DIY terbukti amat besar dalam memberikan perhatiannya terhadap generasi muda. Semoga acara yang digelar oleh Studio Pertunjukan Sastra kali ini memberi manfaat bagi masyarakat khususnya bagi generasi muda dan dunia pendidikan di DIY,” pungkas Bayu.